Sudah lama ngga' posting ditempat ini, selama ini aku lebih banyak mengisi dua blog ku (http://www.abusyafwan.blogspot.com/) yang lebih mengutamakan hal-hal seputar haji dan umrah dan satu blog lagi di (http://www.abughifari.wordpress.com/) yang mengutamakan kisah-kisah islami).Karena saat ini aku sedang bermukim kembali ditanah kelahiranku Palembang, maka aku mau sedikit cerita tentang hal-hal yang berbau Palembang.
Tahukah anda bahwa ternyata kerabat keraton/istana Kesultanan Palembang Darussalam berkomunikasi dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Jawa, Arab, dan Melayu. Bahasa Melayu hidup di kawasan ini, jauh sebelum kesultanan berdiri dan diyakini sebagai bahasa masyarakat asli. Tertulis dengan huruf Pallawa, bahasa Melayu digunakan dalam Prasasti Kedukan Bukit (682 M). Prasasti yang ditemukan di tepi Sungai Tatang, sebelah barat Kota Palembang, pada tahun 1920, ini menandai berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Berbagai temuan sejarah Kerajaan Sriwijaya, termasuk arca dan stupika, menunjukkan bahwa Sriwijaya menjalin kerja sama serta berkomunikasi erat dengan para saudagar dan pemuka agama dari Cina, India, dan Arab. Hal ini membuktikan bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan yang besar, berpengaruh, dan diperhitungkan.
Nah..bahasa yang digunakan masyarakat "Wong Kito" Palembang sehari-harinya saat ini sebenarnya merupakan bahasa melayu dan kosa katanyapun sudah banyak bercampur dengan bahasa-bahasa dibeberapa daerah sekitar Palembang. Sedangkan bahasa asli yang biasa digunakan oleh orang-orang tua, lingkungan kerajaan sudah jarang sekali terdengar. Bahasa asli ini akan Anda jumpai ketika mendengar percakapan kaum tua pada acara-acara tertentu atau acara besar seperti pernikahan,hajatan, rapat adat, dll. Bahasa dan budaya Palembang sedikit banyak terpengaruh oleh budaya Jawa khususnya pengaruh pada masa kekuasaan Kerajaan Mataram Islam dengan rajanya bernama Sultan Agung Hanyokrokusumo, yang wilayah kekuasannya meliputi seluruh Pulau Jawa dan meluas sampai ke Sumatera (Jambi, Sumatera Selatan, Lampung) dan Kalimantan. Kesultanan Palembang menjadikan Islam sebagai agama negara, maka mayoritas masyarakat Sumatera Selatan memeluk agama Islam.
Untuk mengupayakan kembalinya 'bebaso' dan adat istiadat serta budaya asli Palembang, salah satu solusinya adalah dengan membangun Keraton Kesultanan Palembang Darussalam. Yang Alhamdulillah saat ini Kesultanan Palembang sudah terbentuk dengan dinobatkannya Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin yang berdasarkkan silsilah sultan-sultan Palembang, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin ini adalah keturunan dari dua (2) sultan yang pernah berkuasa di Palembang.
Di salah satu station radio swasta di Palembang (Sriwijaya 94,3 FM) juga saat ini diadakan program untuk melestarikan bahasa asli Palembang (sekitar jam 06.30 s/d 07.00 wib). Mudah-mudahan tulisanku ini merupakan salah satu upaya untuk mengumpulkan bahasa-bahasa asli kita wong Palembang yang saat ini sudah lama terpendam. Ayo kita gali kembali untuk ditampilkan sebagai budaya daerah kita.
Tahukah anda bahwa ternyata kerabat keraton/istana Kesultanan Palembang Darussalam berkomunikasi dalam tiga bahasa, yaitu bahasa Jawa, Arab, dan Melayu. Bahasa Melayu hidup di kawasan ini, jauh sebelum kesultanan berdiri dan diyakini sebagai bahasa masyarakat asli. Tertulis dengan huruf Pallawa, bahasa Melayu digunakan dalam Prasasti Kedukan Bukit (682 M). Prasasti yang ditemukan di tepi Sungai Tatang, sebelah barat Kota Palembang, pada tahun 1920, ini menandai berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Berbagai temuan sejarah Kerajaan Sriwijaya, termasuk arca dan stupika, menunjukkan bahwa Sriwijaya menjalin kerja sama serta berkomunikasi erat dengan para saudagar dan pemuka agama dari Cina, India, dan Arab. Hal ini membuktikan bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan yang besar, berpengaruh, dan diperhitungkan.
Nah..bahasa yang digunakan masyarakat "Wong Kito" Palembang sehari-harinya saat ini sebenarnya merupakan bahasa melayu dan kosa katanyapun sudah banyak bercampur dengan bahasa-bahasa dibeberapa daerah sekitar Palembang. Sedangkan bahasa asli yang biasa digunakan oleh orang-orang tua, lingkungan kerajaan sudah jarang sekali terdengar. Bahasa asli ini akan Anda jumpai ketika mendengar percakapan kaum tua pada acara-acara tertentu atau acara besar seperti pernikahan,hajatan, rapat adat, dll. Bahasa dan budaya Palembang sedikit banyak terpengaruh oleh budaya Jawa khususnya pengaruh pada masa kekuasaan Kerajaan Mataram Islam dengan rajanya bernama Sultan Agung Hanyokrokusumo, yang wilayah kekuasannya meliputi seluruh Pulau Jawa dan meluas sampai ke Sumatera (Jambi, Sumatera Selatan, Lampung) dan Kalimantan. Kesultanan Palembang menjadikan Islam sebagai agama negara, maka mayoritas masyarakat Sumatera Selatan memeluk agama Islam.
Untuk mengupayakan kembalinya 'bebaso' dan adat istiadat serta budaya asli Palembang, salah satu solusinya adalah dengan membangun Keraton Kesultanan Palembang Darussalam. Yang Alhamdulillah saat ini Kesultanan Palembang sudah terbentuk dengan dinobatkannya Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin yang berdasarkkan silsilah sultan-sultan Palembang, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin ini adalah keturunan dari dua (2) sultan yang pernah berkuasa di Palembang.
Di salah satu station radio swasta di Palembang (Sriwijaya 94,3 FM) juga saat ini diadakan program untuk melestarikan bahasa asli Palembang (sekitar jam 06.30 s/d 07.00 wib). Mudah-mudahan tulisanku ini merupakan salah satu upaya untuk mengumpulkan bahasa-bahasa asli kita wong Palembang yang saat ini sudah lama terpendam. Ayo kita gali kembali untuk ditampilkan sebagai budaya daerah kita.
Beberapa contoh penggunaan bahasa asli Palembang , aku cuplikkan sebagai berikut :
1. Leser Beboso Plembang = Benar Berbahasa Palembang
2. Angsal Nano Kulo Betaken ? = Boleh Tidak Saya Bertanya ?
3. Angsal Saos = Boleh Saja
4. Nikoh Ayun Ke Pundi ? = Kamu Mau Kemana ?
5. Sampun Nedoh = sudah Makan
6. Wenten Napi ? = Ada Apa ?
7. Tingali = Lihat/Lihatlah
8. Nano Wenten = Tidak Ada
9. Tumbas = Untuk
10. Bedamel = Bekerja
11. Nano Bedamel = Tidak Bekerja
12. Sampun Lambat = Sudah Lama
13. Saek = Baik
14. Sampun Cindo = Sudah Bagus/Sudah Cantik
15. Maleh = Masih
16. Kelab Sinten ? = Kata Siapa ?
17. Mentari Sampun Mencereng = Matahari Sudah terbit
18. Didinyo = Katanya
19. Pangkeng = Kamar
20. Kengken/Kongkon = Suruh
21. Kulo = Saya
22. Enggeh = Iya
25.Rompok = rumah
Nah..kalau bahasa Palembang sehari-hari yang biasa Anda temui dalam percakapan masyarakatPalembang :Aku buat perbandingan dengan kata-kata sebelumnya sbb:
1. Bener Bebaso Plembang = Benar Berbahasa Palembang
2. Boleh dak aku betanyo ? = Boleh Tidak Saya Bertanya ?
3. Boleh bae = Boleh Saja
4. Kau nak kemano ? = Kamu Mau Kemana ?
5. La makan = sudah Makan
6. Ado Apo ? = Ada Apa ?
7. Jingok / Seliklah = Lihat/Lihatlah
8. Dak Katik = Tidak Ada
9. Untuk = Untuk
10. Begawe = Bekerja
11. Idak Begawe = Tidak Bekerja
12. La Lamo = Sudah Lama
13. Baek = Baik
14. La baek = Sudah Bagus/Sudah Cantik
15. Mase = Masih
16. Kato Siapo ? = Kata Siapa ?
17. Matohari la Muncul = Matahari Sudah terbit
18. Katonyo = Katanya
19. Kamar = Kamar
20. Kongkon = Suruh
21. Aku = Saya
22. Iyo = Iya
23. Cantik Nian =cantik sekali
Perhatikan contoh percakapan sehari-hari menggunakan bahasa melayu Palembang (Baso Plembang) :
+ Payah Nian mak ini ari, segalo kebutuhan la mahal galo... (Susah sekali sekarang ini, segala kebutuhan sudah mahal semua).
- Sabar Bikcek, siapo tahu kagek ado bae yang ngenjuk duit ( Sabar mba', siapa tahu nanti ada saja yang ngasih uang)
+ Idak kelokaknyo, besak kelakar kau ini ( Tidak mungkinlah, asal ngomong kamu ini)
- Yo..sudahlah kalu mak itu, aku nak ke pucuk dulu ye ( Ya...Sudahlah kalau begitu, saya mau ke atas dulu ya..)
+ Lajulah....lemak pulok duduk aku ni, dari tadi nak beringgut dikit bae saro nian ( Silahkan...enak juga posisi duduk aku ini, dari tadi mau bergerak saja susah sekali)
- Gek kito sambung lagi... (nanti kita sambung lagi)
+ Payah Nian mak ini ari, segalo kebutuhan la mahal galo... (Susah sekali sekarang ini, segala kebutuhan sudah mahal semua).
- Sabar Bikcek, siapo tahu kagek ado bae yang ngenjuk duit ( Sabar mba', siapa tahu nanti ada saja yang ngasih uang)
+ Idak kelokaknyo, besak kelakar kau ini ( Tidak mungkinlah, asal ngomong kamu ini)
- Yo..sudahlah kalu mak itu, aku nak ke pucuk dulu ye ( Ya...Sudahlah kalau begitu, saya mau ke atas dulu ya..)
+ Lajulah....lemak pulok duduk aku ni, dari tadi nak beringgut dikit bae saro nian ( Silahkan...enak juga posisi duduk aku ini, dari tadi mau bergerak saja susah sekali)
- Gek kito sambung lagi... (nanti kita sambung lagi)
He he...itu sekilas contoh percakapan dalam bahasa Palembang sehari-hari (Baso Plembang), gampang bukan.....nah kalau mau cepat pintar Baso Plembang, dateng ke Palembang banyak-banyak makan pempek, ngirup cuko tiap pagi dijamin cepet belajarnya.
Sekarang ini sudah tidak banyak lagi wong Palembang yang pandai bebaso (Bahasa Palembang yang halusnya), karena itu sudah jarang terdengar. Anak-anak muda boleh dikatakan banyak yang tidak dapat lagi bebaso, begitu juga orang-orang dewasa. Sehingga seolah-olah sekarang ini bebaso itu hampir hilang.Oleh sebab itu bebaso ini harus dibiasakan dalam pergaulan sehari-hari kepada siapapun sebab didalamnya terdapat norma, adab dan sopan santun, sehingga bila dibiasakan akan menjadi lebih baik karena terhindar dari kemungkinan salah paham, tersinggung, cekcok, dan sebagainya. Bebaso juga enak didengar lho, karena penyampaiannya secara sopan dan halus, nada suaranya tidak tinggi sebagaimana bahasa Palembang pasaran (sehari-hari), lambat, serta dengan sikap merendah.
Yuk Kita bandingkan Baso Plembang dan Bebaso Plembang berikut ini :
B: untuk bahasa Palembang pasaran (seahri-hari)
BB: untuk bahasa Palembang halus
B: Mang Cek, Aku ni nak betanyo, di manola ruma Cek Aziz?
(BB): Mang Cek, Kulo niki ayun betaken, di pundila rompok Cek Aziz ?
arti kedua kalimat di atas (Paman, saya ini mau bertanya, dimanakah rumah Pak Aziz?)
B: Ooh, idak jao, parak ruma aku. Itula ruma Cek Aziz.
(BB): Ooh, nano tebe, pangge rompok kulo. Niku la rompok Cek Aziz.
arti kedua kalimat di atas (Ooh, tidak jauh, dekat rumah saya. Di situlah rumah Pak Aziz).
Kalau ada dulur-dulur yang punya referensi bahasa asli Palembang, kiranya bisa menambah perbendaharaan kata-kata yang aku sebutkan di atas guna melestarikan bahasa nenek moyang kita. Insya Allah, kalau aku dapetkan korsa kata lain ketika nguping pembicaraan kaum sepuh kita, aku coba update lagi.
4 komentar:
bebaso plembang mirip baso jawo dan sundo ye, secara sejarah memang balaputra dewa asal dari jawa, nama2 kota di sumsel jugo mirip bhs jawo, sebut saja prabumulih, baturaja, pendopo, dll
Topik yang unik, biso diperkayo nih perbendaharaan bahaso pelembang kito.
Kalau mendengarkan percakapan bebaso plembang, maka akan terasa budaya yang santun jauh dari kesan sangar.
ini mas numpang tanya.,
pada waktu dulu kan bhasa palembang itu sama kayak bahasa jawa.,.
nah aslinya bahasa jawa itu dari mana sie mas.,??
emank dari jawa atau dari palembang.,.??
kalau emank dari jawa kenapa bisa sampek jadi bahasa asli palembang.,??
balesnya ke email aq aja mas.,
ariez_maerta@yahoo.com
mksih mas sebelumnya
Posting Komentar