Rabu, 25 Maret 2009

Pemerasan Secara Sistematis Oleh PLN Jilid-2

Permasalahan saya pada tulisan sebelumnya di blog ini berjudul "Rekayasa Denda Secara Sistematis Oleh PLN" juga dimuat di media kompas dengan judul Kejujuran Pelanggan dan Rekayasa PLN pada Sabtu, 21 Februari 2009 (http://www.kompas.com/suratpembaca/read/5235) serta di media konsumen pada tanggal 27 Februari 2009 (http://www.mediakonsumen.com/Artikel3956.html).

Ternyata perlakuan PLN untuk melakukan pemerasan belum berakhir disitu...karena Rekayasa Denda ini terus berlanjut ke jilid-2, dimana rekayasa ini dilakukan secara sistematis melalui sistem komputerisasi yang diterapkan PLN. Hal ini dibuktikan dengan pembayaran rekening listrik di Bulan Maret 2009 pasca penyambungan kembali akibat rekayasa jilid-I dimana di rekening tagihan PLN mencantumkan keterangan angsuran saya yang seharusnya lunas atau angsuran ke-2 dari 2 kali angsuran yang diperbolehkan PLN, di rekening tertulis TSOPL ke-1 sebesar Rp 1.324.000, -

Rekening Bulan Maret 2009

padahal pembayaran ke-1 telah saya lakukan pada saat meter di putus dan menurut PLN penyambungan hanya dilakukan apabila telah melunasi minimal 50% dari denda rekayasa mereka. Kwintansi Lunas TSOL ke-1 telah saya lunasi dengan nomor kuitansi No. 003544 tanggal 20 Feb 2009 sebesar Rp 1.324.015,-

Bukti Kuitansi LUNAS
Seharusnya pada saat pembayaran rekening tersebut, saya sudah tidak mempunyai tunggakan lagi alias LUNAS namun ketika hal tersebut ditanyakan ke pihak PLN mereka bilang BELUM LUNAS karena disitu tertluis baru angsuran ke -I. Luar biasa...semua cara dihalalkan oleh perusahaan ini, mereka sudah tidak memiliki rasa malu lagi terhadap konsumennya yang notabene sebagai rakyat yang seharusnya harus mereka ayomi karena mereka adalah aparat negara yang diberi amanah untuk mengelola hajat hidup rakyat ini. Memang untuk sementara saya tidak mengurus lebih lanjut (protes klaim ke pihak PLN) disamping sudah tahu jawaban dari PLN karena mereka pasti keukeuh bahwa itulah yang terjadi, juga buang waktu percuma karena tujuan mereka adalah mendapatkan pemasukan darimanapun tidak peduli halal maupun harama, dan selanjutnya saya akan menunggu keluarnya rekening listrik di bulan April 2009 sehingga menjadikan cukup bukti untuk mengajukan gugatan hukum atas perbuatan semena-mena perusahaan pemeras ini.
Saya merasa yakin kalau rekayasa seperti terjadi diseluruh pelosok tanah air dan hal ini merupakan kebijakan resmi dari pihak PLN karena dari beberapa keluhan pelanggan yang sempat saya searching di dunia maya ini banyak sekali keluhan sejenis dengan beberapa varian modus pemerasan sistematisnya, kebobrokan PLN ini sudah dalam taraf yang kronis seharusnya Lembaga Konsumen bisa memfasilitasi perlindungan konsumen, dimana Lembaga ini kalau memang mau dan berniat membela konsumen seharusnya mereka bisa lebih proaktif untuk menawarkan jasa bantuan hukum karena tidak semua konsumen mengerti prosedur hukum ataupun bantuan hukum yang bisa dia peroleh, dengan adanya niat dari Lembaga bantuan hukum untuk Konsumen paling tidak dapat sedikit melindungi konsumen dari kebrutalan perusahaan-perusahaan monopoli seperti PLN ini yang selalu berada diatas angin memeras konsumennya. Lembaga Perlindungan Konsumen jangan menjadi alat bagi perusahaan atau institusi sehingga mengesampingkan perjuangan dan cita-cita murni didirikannya lembaga ini. Mana suaramu YLKI atau LSM sejenis...pro aktif dong.
ID.Pelanggan 14.100.116346.1/PG11634 Palembang

Senin, 23 Februari 2009

Rekayasa Denda Secara Sistematis Oleh PLN

Layanan publik biasanya selalu menjadi masalah hal ini dikarenakan tidak adanya kemauan yang kuat dari operator layanan tersebut disamping itu lemahnya regulasi yang mengatur perlindungan hak-hak konsumen.
Konsumen selalu berada dalam posisi yang lemah, apalagi jika harus berhadapan dengan birokrasi di negeri ini ditambah lagi jika layanan publik tersebut masih dimonopoli oleh instansi pelat merah,tambah deh runyam.
Pada kesempatan ini saya coba menyampaikan reality akan buruknya layanan salah satu BUMN pelat merah, PLN ( Perusahaan Listrik Negara persero), yang ironisnya kebijakan ini merupakan kebijakan terstruktur yang diciptakan oleh jajaran direksinya. Memalukan. Saya postingkan tulisan yang saya kirimkan ke salah satu Harian Umum terbesar di Sumatera Selatan :

Rekayasa Denda oleh PLN

Saya baru membeli rumah +/- 1 tahun lalu, dimana selama 7 bulan tidak ditempati karena harus saya rehab. Pada saat pembayaran rekening di bulan ke-8 saya merasakan ada kejanggalan karena jumlah tagihan yang terlalu kecil ( rata-rata 70 ribu rph, perkiraan saya pasti di atas 100 ribu). Hal ini berulang kali saya sampaikan ke pihak PLN, namun jawaban mereka selalu “Normal”atau Tidak ada masalah.
Di Bulan Feb 2009 malah lebih ekstrim karena hanya biaya beban saja yg harus saya bayar, dan ketika saya lapor ke PLN, lagi-lagi mereka jawab Normal.
Kemudian pertengahan Feb 2009, 4 petugas PLN melakukan pemeriksaan meter ke semua pelanggan termasuk meter rumah kami, petugas menyarankan kami untuk melaporkan kondisi kaca meter yang lepas agar kami tidak terkena sangsi. Saran petugas kami ikuti, namun laporan kurang ditanggapi serius oleh petugas PLN. Seminggu kemudian saya lapor kembali dan baru 3 hari kemudian datang petugas memeriksa dengan mengambil Photo meteran. Beberapa hari kemudian isteri saya di telpon petugas PLN yang meminta membayar 1 juta rph untuk penggantian meter. Untuk memastikan saya datang lagi ke kantor PLN, dan mereka menjanjikan untuk memeriksa 3 hari kemudian, namun ketika saya baru sampai ke kantor saya, isteri menelpon kalau meter rumah sudah diputus petugas padahal sebelumnya mereka bilang hari senin baru mau datang memeriksa.
Dan yang mengherankan meter dilepas dengan alasan segel rusak dan piringan ada yang gores (dengan 2 alasan ini mereka membawa meter), padahal di pagi hari saya sudah membuat dokumen photo dan memastikan kalau semua segel dalam keadaan baik. Segel dikatakan rusak ke isteri saya dengan penjelasan huruf di segel sudah tidak terbaca.



Segel Meter Dalam kondisi Tidak rusak, tetapi oleh PLN dinyatakan rusak

Kami mendatangi PLN dan menjelaskan duduk persoalannya,lalu sesuai prosedur PLN, meter diperiksa dan ditunjukkan permasalahan karena ada pemasangan kawat untuk memperlambat putaran meter padahal kawat yg ditemukan ini pada saat diambil tidak pernah ditunjukkan ke isteri saya sebagai saksi pada saat membawa meter, tetapi temuan ini dimasukkan dalam berita acara di ruang pemeriksaan meter. Kemudian segel yang dikatakan rusak sudah dipotong kawatnya, padahal di pagi hari ketika saya periksa dan photo (disaksikan tetangga rumah sebelah) semua segel tidak ada yang rusak. Setelah proses pemeriksaan selesai, kami diharuskan membayar denda sebesar +/- 2,7 juta rupiah.

Meter sedang diuji di Lab PLN



Kawat Yang dituduhkan pihak PLN untuk memperlambat putaran meter

rupiah jika mau tersambung kembali. Kami minta kebijakan PLN karena kami tdk merasa berlaku curang justru kami melaporkan kondisi meter yang tidak normal yang menurut kami karena meter terlalu tua, tetapi PLN malah menganggap niat baik ini sebagai hasil operasi penertiban mereka. Capek…menjelaskan dan bernegosiasi..karena petugas PLN dari staff sampai pimpinannya nampaknya tidak lebih sebagai robot hidup yang tidak punya hati nurani, logika mereka tidak jalan lagi, denda tetap harus dibayar. Sebagai konsumen yang berada di posisi lemah, rekayasa PLN ini harus kami terima karena kami membutuhkan aliran listrik. Akhirnya kami harus membayar dan mengisi form berita acara seolah-olah kami membenarkan prosedur penertiban PLN terhadap kasus kami. Jika Anda mempunyai permasalahan yang sama, sebaiknya Anda berpikir untuk berlaku jujur di mata PLN karena Kejujuran dimata PLN ternyata tidak ada artinya, Kejujuran di PLN hanyalah sebuah impian. Semoga hajat hidup orang banyak dalam menikmati fasilitas listrik di negeri ini tidak lagi dimonopoli oleh BUMN ini, sehingga rakyat mempunyai pilihan lain ketika tindakan semena-mena oleh pihak PLN dirasakan pelanggan. Kesadaran pelanggan untuk membantu PLN menggunakan listrik secara bersih menjadi sia-sia. Jajaran direksi PLN harus banyak belajar dari perusahaan lain dalam memberikan kebijakan pelayanan yang baik. Kebijakan direksi PLN harusnya dibuktikan dengan peningkatan kinerja yang baik bukan dengan cara-cara sistematis seperti ini untuk menutupi kerugian perusahaan Anda.
Terima kasih kepada Redaksi Sumeks yang telah memuat suara pelanggan ini.

ID.Pelanggan 14.100.116346.1/PG11634

Ya...kekesalan dan kekecewaan saya terhadap arogansi perusahaan PLN ini hanya bisa terlampiaskan melalui layanan surat pembaca karena saya sudah berusahan menjelaskan duduk persoalannya panjang lebar ke pihak PLN wilayah Palembang, namun karena arogansi mereka terhadap monopoli hajat hidup rakyat maka mereka berada di atas angin.
Tulisan dalam blog ini semoga menjadi pelajaran bagi para konsumen,untuk berhati-hati terhadap rekayasa-rakayasa yang dilakukan oleh PLN. Mereka secara cerdik dan sistematis akan menghalalkan segala cara demi kepentingan mendapatkan keuntungan.Karena kita tahu kan setiap laporan keuangan tahunan perusahaan ini selalu merugi. Kerugian ini bukan karena rakyat tidak membayar rekening listrik atau melakukan pencurian listrik sebagaimana yang sering ditudingkan pihak PLN selama ini,namun lebih dikarenakan ketidak mampuan SDM perusaahaan ini baik dari tingkat direksi maupun staff terkecil. Mereka sudah terlalu lama dinina bobokkan oleh monopoli bisnis ini. Jangan heran ketika digulirkan isue Privatisasi BUMN ini, semua SDM mereka bak kebakaran jenggot, melakukan demo menyampaikan argumentasi bak pahlawan yang akan membela rakyatnya, di sisi lain mereka seolah-olah tidak merasa kalau kepercayaan yang sudah diberikan oleh rakyat mereka khianati dengan melakukan kecurangan terhadap pelanggan dan tidak sedikit malah muncul arogansi didalam memberikan layanannya. Saya iseng-iseng seraching dengan google untuk melihat apakah ada pelanggan selain saya yang kecewa terhadap layanan PLN dengan keyword yang saya masukkan ” kecewa layanan PLN”. Luar biasa dibeberapa situs terkenal menampilkan keluhan-keluhan akan ketidak beresan kinerja dan layanan PLN,namun tidak satupun yang ditanggapi oleh PLN, kenapa ..? karena mereka sudah kebal terhadap kritik dan masukan sekalipun kritik dan masukan itu sifatnya positip, mereka sudah tidak punya rasa malu bahkan mungkin harga diri sebagai pelayan rakyat yang menguasai sektor vital ini.
Jangan lagi ada monopoli dalam mengurus hajat hidup rakyat, lakukan privatisasi jika memang untuk kesejahteraan rakyat sesuai amanah undang-undang. KPK harus mengadili para pemimpin yang corupt.


Minggu, 11 Januari 2009

Program Konversi Satuan

Program konversi satuan ini akan mempermudah tugas Anda dalam mengkonversi berbagai satuan. Software ini mengakomodasi berbagai unit kelas ukuran. Antara lain Akselerasi atau Percepatan (Acceleration), Sudut (Angle), Kecepatan Putar (Angular Velocity), Menghitung Luas (Area), Charge (Coulumb), Konsentrasi (moles perliter), Arus dalam Ampere (Current), Data dari byte sampai Gigabyte (GB), Data transfer dengan standart unit bits per second, Satuan Telekomunikasi, dan konversi suhu atau temperature baik Kelvin (K), Celsius (C), Fahrenheit (F), Rankine (R) dan Reamure.
Kemudian satuan waktu (Time), Torsi dalam Newton meter (Nm), Typograhy, Kecepatan m/s (Velocity), Isi atau Volume, Satuan Digital Image Resolution, Energy dalam Joule, Euro Currency, Kecepatan Aliran (Flow), Force atau Gaya dalam Newton, Kemudian Frequency (Hertz), Fuel Consumption sebagai perhitungan konsumsi bahan bakar dalam meter per liter, Satuan Iluminasi, Induktansi dalam Henry, Panjang (Length), Lumber Volume, Massa dengan standar unit gram, Permeability, Power (Watt) dan Tekanan (pressure).
Cukup simple dalam mengoperasikan freeware ini. Setelah di instal untuk memakainya terlebih dahulu pilih Unit Class yang dibutuhkan, data apa yang akan kita konversi. Selanjutnya pilih source unit disebelah kiri dan data ke satuan apa yang akan kita cari disebelah kanan. Kemudian masukkan data di field bagaian bawah kiri, maka hasilnya akan langsung muncul disebelah kanannya. Mudah bukan..? silahkan mencoba dengan mendownloadnya sourcenya (1,4Mb) disini.

Senin, 08 Desember 2008

Perbanyak Bersyukur

''Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.''
(QS Alnahl [16]: 18).

Bersyukur merupakan salah satu kewajiban setiap orang kepada Allah. Begitu wajibnya bersyukur, Nabi Muhammad yang jelas-jelas dijamin masuk surga, masih menyempatkan diri bersyukur kepada Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan, Nabi selalu menunaikan shalat tahajud, memohon maghfirah dan bermunajat kepada-Nya. Seusai shalat, Nabi berdoa kepada Allah hingga shalat Subuh.

Bersyukur merupakan salah satu ibadah mulia kepada Allah yang mudah dilaksanakan, tidak banyak memerlukan tenaga dan pikiran. Bersyukur atas nikmat Allah berarti berterima kasih kepada Allah karena kemurahan-Nya. Dengan kata lain, bersyukur berarti mengingat Allah yang Mahakaya, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Penyantun.

Para ulama mengemukakan tiga cara bersyukur kepada Allah. Pertama, bersyukur dengan hati nurani. Kata hati alias nurani selalu benar dan jujur. Untuk itu, orang yang bersyukur dengan hati nuraninya sebenarnya tidak akan pernah mengingkari banyaknya nikmat Allah. Dengan detak hati yang paling dalam, kita sebenarnya mampu menyadari seluruh nikmat yang kita peroleh setiap detik hidup kita tidak lain berasal dari Allah. Hanya Allahlah yang mampu menganugerahkan nikmat-Nya.

Kedua, bersyukur dengan ucapan. Lidahlah yang biasa melafalkan kata-kata. Ungkapan yang paling baik untuk menyatakan syukur kita kepada Allah adalah hamdalah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, ''Barangsiapa mengucapkan subhana Allah, maka baginya 10 kebaikan. Barangsiapa membaca la ilaha illa Allah, maka baginya 20 kebaikan. Dan, barangsiapa membaca alhamdu li Allah, maka baginya 30 kebaikan.''

Ketiga, bersyukur dengan perbuatan, yang biasanya dilakukan anggota tubuh. Tubuh yang diberikan Allah kepada manusia sebaiknya dipergunakan untuk hal-hal yang positif. Menurut Imam al-Ghazali, ada tujuh anggota tubuh yang harus dimaksimalkan untuk bersyukur. Antara lain, mata, telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan, dan kaki. Seluruh anggota ini diciptakan Allah sebagai nikmat-Nya untuk kita. Lidah, misalnya, hanya untuk mengeluarkan kata-kata yang baik, berzikir, dan mengungkapkan nikmat yang kita rasakan. Allah berfirman, ''Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).'' (QS Aldhuha [93]: 11).

Rabu, 12 November 2008

Dicari Sepeda Motor Honda C70


Kalau kalian punya Sepeda motor Honda C70, bisa hubungi saya...
Lebih diutamakan jika domisili Anda di Palembang, kalaupun tidak tidak masalah asal ada kecocokan harga..he he.
Honda C70 saya cari untuk refresh nostalgia dulu waktu kuliah, saya pakai kuda besi ini.

Sabtu, 01 November 2008

Demam Pada Anak

DEMAM PADA ANAK

APAKAH DEMAM ITU ?
Demam bukan penyakit, demam adalah gejala bahwa ada sesuatu yang sedang terjadi di dalam tubuh.Demam adalah kondisi dimana otak menciptakan kondisi suhu di atas normal yaitu di atas 38C. Akibat tuntutan peningkatan tersebut maka tubuh akan memproduksi panas.


MEKANISME TERJADINYA DEMAM·
Sejak zaman dahulu, demam telah dikenal sebagai tanda utama penyakit, tetapi pengertian tentang patofisiologi demam tergolong relatif masih baru. Substansi yang dapat menimbulkan demam disebut pirogen. Ada dua macam pirogen, yaitu pirogen endogen yang dibentuk oleh sel-sel tubuh sebagai respons terhadap stimulus dari luar (misal: toksin), dan pirogen eksogen yang berasal dari luar tubuh. Demam timbul karena adanya produk sel peradangan hospes yang merupakan pirogen endogen. Belakangan ini, terbukti bahwa fagosit mononuklear merupakan sumber utama pirogen endogen dan bahwa bermacam-macam produk sel mononuklear dapat menjadi mediator timbulnya demam.· Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya suatu molekul kecil di dalam tubuh kita yang disebut pirogen atau zat pencetus panas.· Apa penyebab radang yang bukan infeksi? Bisa alergi (yang tersering), bisa juga trauma, tumbuh gigi (teething), atau karena penyakit autoimun (ada kesalahan "program" di dalam tubuh dimana organ tubuh dikira sebagai "musuh" dan diserang oleh sistem imun.· Infeksi adalah masuknya jasad renik (micro organisms atau mahluk hidup yg sangat kecil yang umumnya tidak dapat dilihat dengan mata) ke tubuh kita. Masuknya micro-organisms tersebut belum tentu menyebabkan kita jatuh sakit, tergantung banyak hal antara lain tergantung seberapa kuat daya tahan tubuh kita.· Bila sistem imun kita kuat, mungkin kita tidak jatuh sakit atau kalaupun sakit, ringan saja sakitnya, bahkan tubuh kita selanjutnya membentuk zat kekebalan (antibodi). Mikro organisme atau jasad renik tsb bisa kuman/bakteri, bisa virus, jamur, dll· Pada saat terserang infeksi, maka tentunya tubuh harus membasmi infeksi. Dengan mengerahkan sistem imun. Tentara untuk melawan infeksi adalah sel darah putih dan dalam melaksanakan tugasnya agar efektif dan tepat sasaran, sel darah putih tidak bisa sendirian, diperlukan dukungan banyak pihak termasuk pirogen. Pirogen itu membawa beberapa tujuan diantaranya adalah mengerahkan sel darah putih atau leukosit ke lokasi infeksi dan menimbulkan demam yang akan membunuh virus karena virus tidak tahan suhu tinggi, virus tumbuh subur di suhu rendah.· Terdapat tiga fase terjadinya demam. Diawali dengan menggigil, sampai suhu tubuh mencapai puncaknya, lalu menetap dan baru akhirnya turun


CARA MENGATASI DEMAM·
Minum banyak, karena demam dapat menimbulkan dehidrasi (baca "kerugian yg dapat terjadi karena demam").· Kompres anak dengan air hangat. bBukan dengan air dingin. karena apabila diberi air dingin, otak kita akan menyangka bahwa suhu diluar tubuh dingin sehingga otak akan memerintahkan tubuh untuk menaikkan suhunya dengan cara menggigil sehingga memproduksi panas. Akibatnya suhu tubuh anak bukannya turun, melainkan tambah panas.· Sebaiknya kompres dilakukan ketika: anak merasa uncomfortable, suhu mencapai 40C, pernah kejang demam/keluarga dekat pernah menderita kejang demam atau anak muntah2 sehingga obat tidak bisa masuk. Cara melakukan kompres: taruh anak di bath tub mandi dengan air hangat (30-32C) atau usapkan air hangat disekujur tubuh anak. Kalau anak menolak, duduk di bath tub beri mainan & ajak bermain.· Obat penurun panas, acetaminophen atau paracetamol seperti tempra, panadol, atau paracetol, tylenol, sesuai dosis. Kapan obat penurun panas diberikan? Bila suhu di atas 38.5C, atau bila anak uncomfortable. Sebaiknya jangan berikan obat demam apabila panasnya tidak terlalu tinggi (dibawah 38.5C).


KOMPLIKASI·
Dehidrasi atau kekurangan cairan karena pada saat demam, terjadi peningkatan pengeluaran cairan tubuh.· Kejang demam, biasanya hanya mengenai bayi usia 6 bulan sampai anak usia 5 tahun. Terjadi pada hari pertama demam, serangan pertama jarang sekali terjadi pada usia <> 3 tahun. Gejala: anak tidak sadar, kejang tampak sebagai gerakan2 seluruh tangan dan kaki yang terjadi dalam waktu sangat singkat.· Kejang demam pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menyebabkan kerusakan otak


PENANGANAN DEMAM
Orang tua tidak harus panik, umumnya demam tidak membahayakan jiwa. Hal utama yang perlu dilakukan adalah mengamati perilaku anak. Bila saat suhu agak rendah anak masih tetap aktif, masih riang, masih mau main, maka kita tidak perlu cemas.· Jangan memberikan obat panas bila demam tidak tinggi· Cegah kemungkinan terjadinya dehidrasi· Ruangan dijaga agar tidak panas, pasang kipas angin. Anak memakai baju yang tidak tebal· Ekstra cairan, Minum sering: Air, air sup, jus buah segar yang sudah dicampur air, es batu, es krim· Bila sering muntah atau diare, beri minuman yg mengandung elektrolit: pedialyte, oralit· Biarkan anak memakan apa yang dia inginkan, jangan dipaksa. Hindarkan makanan yang berlemak, makanan yang sulit dicerna.· Tepid sponging (kompres air hangat)· Anak tidak masuk sekolah, tetapi bukan berarti harus di tempat tidur seharian.


KAPAN HARUS MENGHUBUNGI DOKTER·
Tidak mau minum atau sudah mengalami dehidrasi· Iritabel atau menangis terus menerus, tidak dapat ditenangkan· Tidur terus menerus, lemas dan sulit dibangunkan· Bila bayi berusia <> 6 bulan, dengan suhu tubuh ³ 40C· Kejang atau terdapat kaku kuduk leher,· Sesak napas· Gelisah, muntah, diare· Sakit kepala hebatKapan harus mengompres anak demam· anak sangat gelisah· Suhu 40C· Mempunyai riwayat kejang demam atau keluarga dekat pernah menderita kejang demam· Muntah-muntah sehingga obat tidak bisa masuk

CARA MENGOMPRES·
Taruh anak di bath tub/ember mandi yang diisi air hangat bersuhu 30 – 32C· Usapkan air hangat di sekujur tubuh anak· Bila anak menolak, suruh duduk di ember/bath tub, beri mainan, ajak bermain

PENANGANAN KEJANG·
Orang tua sering sulit membedakan antara menggigil dengan kejang.· Pada saat anak menggigil, anak tidak kehilangan kesadaran, tidak berhenti napasnya. Anak menggigil karena suhu demamnya akan meningkat.· Orang tua juga sulit membedakan antara kejang demam/steup - dg kejang akibat infeksi otak.· Kejang akibat demam bersifat generalized (melibatkan seluruh tubuh), berlangsung sekejap, setelah kejang - anak sadar.· Kejang akibat infeksi otak berlangsung lama, berulang-ulang, lehernya kaku, dan sesudah kejang, anak tidak sadar.Sebaiknya org tua menghitung lamanya kejang dengan watch stop - tidak jarang, akibat penampilannya yang menakutkan, maka orang tua merasa kejangnya lama meski sebenarnya hanya berlangsung dalam detik atau menit.

PENANGANAN KEJANG DEMAM :·
Jangan panik, amati kondisi anak dengan cermat· Baringkan anak/bayi di tempat yang aman· Cegah agar saat kejang anak tidak tersedak dengan posisi anak tengkurap atau miring· Jangan taruh benda apapun di dalam mulut anak

OBAT PENURUN DEMAM·
Obat penurun panas, bekerja menghambat ensim Cox - sehingga pembentukan prostaglandin terganggu-yang selanjutnya menyebabkan terganggunya peningkatan suhu tubuh. Obat penurun panas samasekali tidak mengobati si penyebab demam.· Obat penurun demam yang sering diberikan adalah Ibuprophen, Acetaminophen, Acetosal Metamizole. Bila overdosis, dapat menyebabkan kerusakan hati· Sebaiknya jangan campur acetaminophen dengan phenobarbital (luminal). Luminal menekan ensim hati yang kerjanya menetralisir acetaminophen sehingga kadar acetaminophen di darah akan meningkatkan dan meningkat pula risiko intoksikasi acetaminophen.· Acetaminophen merupakan obat yang paling aman selama dosisnya diberikan dengan tepat.· Jangan berikan aspirin seperti asetosal atau aspilet pada anak

Oleh: Dr Widodo Judarwanto SpA
CHILDREN ALLERGY CLINICPICKY EATERS CLINIC (KLINIK KESULITAN MAKAN)
Jl Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat
telp : (021) 70081995 – 70081995email : wido25@hotmail.com , ttp://alergianak.blogspot.com/

Demam, Solusinya Tidak Harus Dengan Antibiotika


BACKGROUND

“Penderita yang sering berobat di Indonesia bila berobat di luar negeri (terutama di negara maju,) sering khawatir karena bila sakit jarang diberi antibiotika. Sebaliknya pasien yang sering berobat di luar negeri juga sering khawatir, bila berobat di Indonesia setiap sakit selalu mendapatkan antibiotika”.
Hal ini bukan sekedar pameo belaka. Tampaknya banyak fakta yang mengatakan bahwa memang di Indonesia, dokter lebih gampang memberikan antibiotika.Pemberian antibiotika berlebihan pada anak tampaknya memang semakin meningkat dan semakin mengkawatirkan.. Pemberian antibiotika berlebihan atau pemberian irasional artinya penggunaan tidak benar, tidak tepat dan tidak sesuai dengan indikasi penyakitnya. Sebenarnya permasalahan ini dahulu juga dihadapi oleh negara maju seperti Amerika Serikat. Menurut penelitian US National Ambulatory Medical Care Survey, pada tahun 1989, setiap tahun sekitar 84% setiap tahun setiap anak mendapatkan antibiotika. Hasil lainnya didapatkan 47,9% resep pada anak usia 0-4 tahun terdapat antibiotika. Angka tersebut menurut perhitungan banyak ahli sebenarnya sudah cukup mencemaskan. Dalam tahun yang sama, juga ditemukan resistensi kuman yang cukup tinggi karena pemakaian antibiotika berlebihan tersebut.Di Indonesia belum ada data resmi tentang penggunaan antibiotika. Sehingga banyak pihak saat ini tidak khawatir dan sepertinya tidak bermasalah. Tetapi berdasarkan tingkat pendidikan atau pengetahuan masyarakat serta fakta yang ditemui sehari-hari, tampaknya pemakaian antibiotika di Indonesia jauh banyak dan lebih mencemaskan.


PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

Antibiotika pertama kali ditemukan oleh Alexander Flemming pada tahun 1929 dan digunakan untuk membunuh bakteri secara langsung atau melemahkan bakteri sehingga kemudian dapat dibunuh dengan sistem kekebalan tubuh kita. Antibiotika ada yang merupakan produk alami, semi sintetik, berasal dari alam dibuat dengan beberapa perubahan agar lebih kuat, mengurangi efek samping atau untuk memperluas jenis bakteri yang dapat dibunuh dan sepenuhnya sintetik.Jenis antibiotika terdiri dari antibiotika narrow spectrum untuk membunuh jenis2 bakteri secara spesifik. Kemampuan membunuh kuman hanya tertentu, contohnya ampicillin, amoxycilin, cotrimoksazol. Jenis lainnya Broad spectrum, membunuh semua jenis bakteri didalam tubuh. Antibiotika yang termasuk kategori ini adalah cephalosporin. Cephalosporin dalam perkembangannya terdapat generasi baru yaitu generasi 2 dan generasi 3. Semakin besar generasinya semakin kuat potensi untuk membunuh kuman. Tampaknya saat ini penggunaan obat generasi 2 dan 3 tersebut saat ini sudah mulai marak, meskipun infeksi yang diderita penderita tidak terlalu berat. Bahkan tidak jarang seorang dokter memberikan obat antibiotika lebih dari 1 antibiotika dalam satu resep.Di dalam tubuh banyak sekali terdapat bakteri, bahkan salah satu kandungan ASI adalah bakteri. Sebenarnya kebanyakan bakteri dalam tubuh tidaklah jahat. Manfaat bakteri diusus adalah mengubah makanan menjadi nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh dan memproduksi vitamin B dan vitamin K. Fungsi bakteri juga memperbaiki sel dinding usus yang tua atau sudah rusak dan merangsang gerak usus. Dengan menghambat berkembang biaknya bakteri jahat dan secara tidak langsung mencegah tubuh kita agar tidak terinfeksi bakteri jahat.


BAHAYA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA IRASIONAL PADA ANAK

Sebenarnya pemberian antibiotika secara benar dan sesuai indikasi memang harus diberikan. Meskipun terdapat pertimbangan bahaya efek samping dan mahalnya biaya. Tetapi menjadi masalah yang mengkawatirkan, bila penggunaannnya irasional atau berlebihan. Banyak kerugian yang terjadi bila pemberian antibiotika berlebihan tersebut tidak dikendalikan secara cepat dan tuntas. Kerugian yang dihadapi adalah meningkatnya resistensi terhadap bakteri. Belum lagi perilaku tersebut berpotensi untuk meningkatkan biaya berobat. Harga obat antibiotika sangat mahal dan merupakan bagian terbesar dari biaya pengobatan. Efek samping yang sering terjadi pada penggunaan antibiotika adalah gangguan beberapa organ tubuh. Apalagi bila diberikan kepada bayi dan anak-anak, karena sistem tubuh dan fungsi organ pada bayi dan anak-anak masih belum tumbuh sempurna. Apalagi anak beresiko paling sering mendapatkan antibiotika, karena lebih sering sakit akibat daya tahan tubuh lebih rentan. Bila dalam setahun anak mengalami 9 kali sakit, maka 9 kali 7 hari atau 64 hari anak mendapatkan antibiotika. Gangguan organ tubuh yang bisa terjadi adalah gangguan saluran cerna, gangguan ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan sumsum tulang, gangguan darah dan sebagainya. Gangguan saluran cerna dapat berupa diare, mual, muntah dan nyeri perut.Beberapa antibiotika dapat mengganggu sumsum tulang, salah satunya kloramfenikol. Bila sumsum tulang terganggu maka terjadi gangguan pembentukan sel darah merah menjadikan kurang darah atau anemia. Antibiotika dapat mengganggun fungsi hati. Obat tuberkulosis seperti INH, rifampisin dan PZA (pirazinamid) yang paling sering menimbulkan efek ini. Golongan antibiotika yang bisa menimbulkan gangguan fungsi ginjal adalah aminoglikosida (garamycine, gentamycin), Imipenem, Meropenem dan Ciprofloxacin. Akibat lainnya adalah reaksi alergi karena obat. Gangguan tersebut mulai dari yang ringan seperti ruam, gatal sampai dengan yang berat seperti pembengkakan vivir atau kelopak mata, sesak, hingga dapat mengancam jiwa (reaksi anafilaksis). Antibiotika juga dapat menimbulkan demam seperti golongan cotrimoksazol (bactrim, septrim), sefalsporin dan eritromisin.Akibat lainnya adalah reaksi alergi karena obat. Gangguan tersebut mulai dari yang ringan seperti ruam, gatal sampai dengan yang berat seperti pembengkakan bibir atau kelopak mata, sesak, hingga dapat mengancam jiwa (reaksi anafilaksis).Pemakaian antibiotika berlebihan atau irasional juga dapat membunuh kuman yang baik dan berguna yang ada didalam tubuh kita. Sehingga tempat yang semula ditempati oleh bakteri baik ini akan diisi oleh bakteri jahat atau oleh jamur atau disebut "superinfection". Pemberian antibiotika yang berlebihan akan menyebabkan bakteri-bakteri yang tidak terbunuh mengalami mutasi dan menjadi kuman yang resisten atau disebut “superbugs”.Jenis bakteri yang awalnya dapat diobati dengan mudah dengan Antibiotika yang ringan. Apabila antibiotikanya digunakan dengan irasional, maka bakteri tersebut mutasi dan menjadi kebal, sehingga memerlukan jenis antibiotika yang lebih kuat. Bila bakteri ini menyebar ke lingkungan sekitar, maka suatu saat akan tercipta kondisi dimana tidak ada lagi jenis antibiotika yang dapat membunuh bakteri yang terus menerus bermutasi ini. Hal ini akan membuat kita kembali ke zaman sebelum antibiotika ditemukan. Pada zaman tersebut infeksi yang diakibatkan oleh bakteri tidak dapat diobati sehingga angka kematian akan drastis melonjak naik. Hal lain yang mungkin terjadi nantinya kebutuhan pemberian antibiotika dengan generasi lebih berat, dan menjadikan biaya pengobatan semakin meningkat karena semakin harganya mahal.


INDIKASI PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA
Indikasi yang tepat dan benar dalam pemberian antibiotika pada anak adalah bila penyebab infeksi tersebut adalah bakteri. Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention) indikasi pemberian antibiotika adalah bila batuk dan pilek yang berkelanjutan selama lebih 10 – 14 hari.yang terjadi sepanjang hari (bukan hanya pada malam hari dan pagi hari). Batuk malam dan pagi hari biasanya berkaitan dengan alergi atau bukan lagi dalam fase infeksi dan tidak perlu antibiotika
Indikasi lain bila terdapat gejala infeksi sinusitis akut yang berat seperti panas > 39 C dengan cairan hidung purulen, nyeri, pembengkakan sekitar mata dan wajah. Pilihan pertama pengobatan antibiotika untuk kasus ini cukup dengan pemberian Amoxicillin, Amoxicillinm atau Clavulanate. Bila dalam 2 – 3 hari membaik pengobatan dapat dilanjutkan selama 7 hari setelah keluhan membaik atau biasanya selama 10 – 14 hari.
Indikasi lainnya adalah radang tenggorokan karena infeksi kuman streptokokus. Penyakit ini pada umumnya menyerang anak berusia 7 tahun atau lebih. Pada anak usia 4 tahun hanya 15% yang mengalami radang tenggorokan karena kuman ini. Penyakit yang lain yang harus mendapatkan antibiotika adalah infeksi saluran kemih dan penyakit tifus Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan kultur darah atau urine. Apabila dicurigai adanya infeksi saluran kemih, dilakukan pemeriksaan kultur urine. Setelah beberapa hari akan diketahui bila ada infeksi bakteri berikut jenis dan sensitivitas terhadap antibiotika. Untuk mengetahui penyakit tifus harus dilakukan pemeriksaan darah Widal dan kultur darah gal. Anak usia di bawah 5 tahun yang mengalami infeksi virus sering mengalami overdiagnosis penyakit Tifus. Sering terjadi kesalahan persepsi dalam pembacaan hasil laboratorium. Infeksi virus dengan peningkatan sedikit pemeriksaan nilai widal sudah divonis gejala tifus dan dihantam dengan antibiotika.
Sebagian besar kasus penyakit pada anak yang berobat jalan penyebabnya adalah virus. Dengan kata lain seharusnya kemungkinan penggunaan antibiotika yang benar tidak besar atau mungkin hanya sekitar 10 – 15% penderita anak. Penyakit virus adalah penyakit yang termasuk “self limiting disease” atau penyakit yang sembuh sendiri dalam waktu 5 – 7 hari. Sebagian besar penyakit infeksi diare, batuk, pilek dan panas penyebabnya adalah virus. Secara umum setiap anak akan mengalami 2 hingga 9 kali penyakit saluran napas karena virus. Sebaiknya jangan terlalu mudah mendiagnosis (overdiagnosis) sinusitis pada anak. Bila tidak terdapat komplikasi lainnya secara alamiah pilek, batuk dan pengeluaran cairan hidung akan menetap paling lama sampai 14 hari setelah gejala lainnya membaik.
Sebuah penelitian terhadap gejala pada 139 penderita pilek(flu) karena virus didapatkan bahwa pemberian antibiotik pada kelompok kontrol tidak memperbaiki cairan mucopurulent dari hidung. Antibiotika tidak efektif mengobati Infeksi saluran napas Atas dan tidak mencegah infeksi bakteri tumpangan. Sebagian besar infeksi Saluran napas Atas termasuk sinus paranasalis sangat jarang sekali terjadi komplikasi bakteri.


SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB ?
Dalam permasalahan penggunaan antibiotika yang berlebihan ini, pihak manakah yang bertanggung jawab untuk mengatasinya? Permasalahan ini tidak sesederhana seperti yang kita lihat. Banyak pihak yang berperanan dan terlibat dalam penggunaan antibiotika berlebihan ini. Pihak yang terlibat mulai dari penderita (orang tua penderita), dokter, rumah sakit, apotik, medical representatif, perusahaan farmasi dan pabrik obat.
Orangtua juga sering sebagai faktor terjadinya penggunaan antibiotika yang berlebihan. Pendapat umum yang tidak benar terus berkembang, bahwa kalau tidak memakai antibiotika maka penyakitnya akan lama sembuhnya. Tidak jarang penggunaan antibiotika adalah permintaan dari orang tua. Yang lebih mengkawatirkan saat ini beberapa orang tua dengan tanpa beban membeli sendiri antibiótika tersebut tanpa pertimbangan dokter. Antibiotika yang merupakan golongan obat terbatas, obat yang harus diresepkan oleh dokter. Tetapi runyamnya ternyata obat antibiotika tersebut mudah didapatkan di apotik atau di toko obat meskipun tanpa resep dokter.
Bila penggunaan antibiotika berlebihan lebih dikarenakan faktor dokter, maka orang tua sebagai penerima jasa dalam keadaan posisi yang sulit. Tetapi orang tua penderita sebagai pihak pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi sejelas-jelasnya rencana pengobatan, tujuan pengobatan dan akibat efek samping pengobatan tersebut Kalau perlu orang tua sedikit berdiskusi dengan cara bukan menggurui untuk peluang apakah boleh tidak diberi antibiotika.Persoalan menjadi lebih rumit karena ternyata bisnis perdagangan antibiotika sangat menggiurkan. Pabrik obat, perusahaan farmasi, medical sales representative dan apotik sebagai pihak penyedia obat mempunyai banyak kepentingan. Antibiotika merupakan bisnis utama mereka, sehingga banyak strategi dan cara dilakukan. Dokter sebagai penentu penggunaan antibiotika, harus lebih bijak dan harus lebih mempertimbangkan latar belakang ke ilmuannya. Sesuai sumpah dokter yang pernah diucapkan, apapun pertimbangan pengobatan semuanya adalah demi kepentingan penderita, bukan keperntingan lainnya. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan secara berkala dan berkelanjutan dokter juga ikut berperanan dalam mengurangi perilaku penggunaan antibiótika yang berlebihan ini.
Departemen Kesehatan (Depkes), Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Persatuan Rumah akit Indonesia (PERSI) dan beberapa intitusi terkait lainnya harus bekerjasama dalam penanganannya. Pendidikan tentang bahaya dan indikasi pemakaian antibiotika yang benar terhadap masyarakat harus terus dilakukan melalui berbagai media yang ada. Penertiban penjualan obat antibiotika oleh apotik dan lebih khusus lagi toko obat harus terus dilakukan tanpa henti. Organisasi profesi kedokteran harus terus berupaya mengevaluasi dan melakukan pemantauan lebih ketat tentang perilaku penggunaan antibiótika yang berlebihan ini terhadap anggotanya. Kalau perlu secara berkala dilakukan penelitian secara menyeluruh terhadap penggunaan antibitioka yang berlebihan ini. Sebaiknya praktek dan strategi promosi obat antibiotika yang tidak sehat juga harus menjadi perhatian. Bukan malah dimanfaatkan untuk kepentingan dokter, meskipun demi kepentingan kegiatan ilmiah. PERSI sebagai wadah organisasi rumah sakit, juga berwenang memberikan pengawasan kepada anggotanya untuk terus melakukan evaluasi yang ketat terhadap formularium obat yang digunakan.
Di Amerika Serikat, karena upaya kampanye dan pendidikan terus menerus terhadap masyarakat dan dokter ternyata dapat menurunkan penggunaan antibiotika secara drastis. Proporsi anak usia 0 – 4 tahun yang mendapatkan antibiotika menuirun dari 47,9% tahun 1996 menjadi 38,1% tahun 2000. Jumlah rata-rata antibiotika yang diresepkan menurun, dari 47.9 1.42 peresepan per anak tahun 1996 menjadi 0.78 peresepan per anak tahun 2000. Rata-rata pengeluaran biaya juga dapat ditekan cukup banyak, padfa tahun 1996 sebesar $31.45 US menjadi $21.04 per anak tahun 2000.
Rekomendasi dan kampanye penyuluhan ke orangtua dan dokter yang telah dilakukan oleh kerjasama CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dan AAP (American Academy of Pediatrics) memberikan pengertian yang benar tentang penggunaan antibiotika. Pilek, panas dan batuk adalah gejala dari Infeksi Saluran Pernapasan Atas yang disebabkan virus. Perubahan warna dahak dan ingus berubah menjadi kental kuning, berlendir dan kehijauan adalah merupakan perjalanan klinis Infeksi Saluran Napas Atas karena virus, bukan merupaklan indikasi antibiotika. Pemberian antibiotika tidak akan memperpendek perjalanan penyakit dan mencegah infeksi tumpangan bakteri.
Upaya ini seharusnya menjadi contoh yang baik terhadap intitusi yang berwenang di Indonesia dalam mengatasi permasalahan pemberian antibiotika ini. Melihat rumitnya permasalahan pemberian antibiotika yang irasional di Indonesia tampaknya sangat sulit dipecahkan. Tetapi kita harus yakin dengan kemauan keras, niat yang tulus dan keterlibatan semua pihak maka permasalahan ini dapat diatasi. Jangan sampai terjadi, kita baru tersadar saat masalah sudah dalam keadaan yang sangat serius.


DAFTAR PUSTAKA

1. Rosenstein N, Phillips WR, Gerber MA, Marcy SM, Schwartz B, Dowell SF. The common cold-principles of judicious use.Pediatrics 1998;101:181-184.

2. Monto AS, Ullman BM. Acute respiratory illness in an American community. JAMA 1974;227:164-169.

3. Wald ER. Purulent nasal discharge. Pediatric Infect Dis J1991;10:329-333.

4. Centers for Disease Control and Prevention. Get smart: know when antibiotics work. Web site:
http://www.cdc.gov/drugresistance/community/. Accessed Oct. 2004.
5. Mainous AG III, Hueston WJ, Davis MP, et al. Trends in antimicrobial prescribing for bronchitis and upper respiratory infections among adults and children. Am J Public Health 2003 Nov; 93(11):1910-4.

6. Perz JF, Craig AS, Coffey CS, et al. Changes in antibiotic prescribing for children after a communitywide campaign. JAMA 2002; 287:3101-9.

7. Schwartz B, Bell DM, Hughes JM. Preventing the emergence of antimicrobial resistance. A call to action by clinicians, public health officials, and patients. JAMA.1997; 278 :944 –945.

8. US Interagency Task Force. A Public Health Action Plan to Combat Antimicrobial Resistance. Bethesda, MD: US Interagency Task Force; 2001

9. Finkelstein JA, Metlay J, Davis RL, Rifas S, Dowell SF, Platt R. Antimicrobial use in defined populations of infants and young children. Arch Pediatr Adolesc Med.2000; 154 :395 –400.

10. Nyquist AC, Gonzales R, Steiner JF, Sande MA. Antibiotic prescribing of children with colds, upper respiratory tract infections, and bronchitis. JAMA.1998; 279 :875 –877.

11. Nash DR, Harman J, Wald ER, Kelleher KJ. Antibiotic prescribing by primary care physicians for children with upper respiratory tract infections. Arch Pediatr Adolesc Med.2002; 156 :1114 –1119.

12. Koopman LP, Smit HA, Heijnen M-LA, et al. Respiratory infections in infants: interaction of parental allergy, child care, and siblings—the PIAMA Study. Pediatrics.2001; 108 :943 –948

13. Barden LS, Dowell SF, Schwartz B, Lackey C. Current attitudes regarding use of antimicrobial agents: results from physicians’ and parents’ focus groups. Clin Pediatr.1998; 37 :665 –671.

14. resistance and appropriate antibiotic use in children. Pediatrics.2001; 107(1) .

15. Mangione-Smith R, McGlynn EA, Elliott M. Parental expectations for antibiotic, physician-parent communication, and satisfaction. Arch Pediatr Adolesc Med.2001; 155 :800 –806.

16. Mangione-Smith R, McGlynn EA, Elliott MN, Krogstad P, Brook RH. The relationship between perceived parental expectations and pediatrician antimicrobial prescribing behavior. Pediatrics.1999; 103 :711 –718.

17. Takata GS, Chan LS, Shekelle P, Morton SC, Mason W, Marcy SM. Evidence assessment of management of acute otitis media: I. The role of antibiotics in treatment of uncomplicated acute otitis media. Pediatrics.2001; 108 :239 –247.

18. oannidis JPA, Lau J Technical report: evidence for the diagnosis and treatment of acute uncomplicated sinusitis in children: a systematic overview. Pediatrics.2001; 108(3) .

19. van Buchem FL, Peeters MF, van’t Hof MA. Acute otitis media: a new treatment strategy. BMJ.1985; 290 :1033 –1037

20. Paradise JL. On classifying otitis media as suppurative or non-suppurative, with a suggested clinical schema. J Pediatr.1987; 111 :948 –951.

21. Brien KL, Dowell SF, Schwartz B, Marcy SM, Phillips WR, Gerber MA. Cough illness/bronchitis—principles of judicious use of antimicrobial agents. Pediatrics.1998; 101(suppl) :178 –181.

22. American Academy of Pediatrics, Subcommittee on Management of Sinusitis and Committee on Quality Improvement. Clinical practice guideline: management of sinusitis. Pediatrics.2001; 108 :798 –808.


WORKING TOGETHER AGAINTS DISTURBANCE IN CHILDREN,

BY :CLINIC FOR CHILDREN

Organized by Yudhasmara Foundation